satu surat untukmu


Hi, Lelaki tampan yang masih menjadi kesayanganku.
Ini surat yang mungkin tak akan pernah sampai ke tanganmu. Aku hanya sedang membayangkan berbincang denganmu seraya menikmati kesendirianku.
Hari ini adalah hari ke-760 terhitung sejak detik perpisahan kita. Aku rasa kau tak akan bertanya soal kerinduan padaku. Kau mengenal baik perasaanku. Kerinduanku terhadapmu ibarat adzan subuh yang selalu berkumandang untuk membangunkanku setiap pagi.
Apa kau ingat kau sempat berkata bahwa kesedihan yang mengiringi perpisahan kita adalah hal wajar yang dapat hilang seiring bergantinya waktu? Ini sudah lebih dari dua tahun dan kesedihanku masih terasa sama dengan saat itu.
Lagu-lagu itu, kota itu, tempat itu, mengingatkan aku pada malam perpisahan kita. Malam yang kita sengajakan untuk membuatnya menjadi indah, dengan menghapus jarak di antara kedua tubuh sebelum harus melepas tali esok pagi.
Menghabiskan malam yang hanya denganmu adalah kebahagiaan sederhana yang tak dapat sesederhana itu diungkapkan. Senyum yang selalu merekah dari wajahku adalah caraku mengatakan bahwa kaulah yang ingin kulihat sebangunnya aku dari tidur.
Malam itu indah. Berdansa sembarang langkah, namun tetap dengan irama yang lembut. Meski sesekali kau menginjak kakiku dan ada tawa setelahnya, hal itu tak mengurangi romantisme pelukan dan genggaman tanganmu. Kenangan semacam itu yang menambah berat kerinduan.
Saat aku membelikan makanan untukmu di warung seberang dan kau mengejutkanku dengan berteriak memanggil namaku sambil membawa secarik kertas dengan lubang berbentuk hati, itu tak terlupakan. Saat bersama menyanyikan lagu-lagu kesukaan kita dengan suara seadanya, itu tak terlupakan. Atau saat kau mendadak manja memintaku memelukmu dari belakang, itu juga tak akan mungkin terlupakan. Banyak hal yang kuingat darimu yang tak mungkin kutuliskan satu per satu, Sayang.
Ada banyak mimpi yang ingin kuraih bersamamu, namun lebih banyak alasan tak terbantahkan yang membuatmu ingin mensegarakan perpisahan. Aku mengerti, melangkah bersama di jalan yang berbeda memang akan menyulitkan kita meraih tangan satu sama lain saat satu di antara kita ada yang jatuh terperosok. Ditambah dengan masalalumu yang masih sering mengganjal hubungan kita, semakin menyulitkan aku untuk bisa secara keseluruhan memenuhi pikiran dan hatimu.
Aku bangga sempat memilikimu yang dengan lapang bersedia tetap di sisiku meski saat itu rasa cintamu berangsur menipis. Aku bangga melihatmu berusaha mengembalikan aku ke dalam hatimu. Aku bangga terhadap kamu yang telah banyak menyulut tawa dalam kesementaraan kita.
Kau kebahagiaanku yang ingin selalu kubahagiakan, menahanmu adalah sama saja dengan mengurungmu bersama hal yang sebenarnya tak kau butuhkan dan aku tau itu justru akan membebanimu. Oleh sebab itu aku harus mengikhlaskanmu.
Besok aku akan menghadiri pesta pernikahanmu. Kau bisa bayangkan kamar ini sudah banjir oleh air mataku, dan rongga-rongga di dadaku semakin sulit menangkap udara. Aku hanya bisa berharap Tuhan akan menguatkan batinku saat menatapmu untuk memberi selamat. Dan sekalipun tiba giliranku bersanding dengan lelaki lain, kupastikan kau tetap aman di palung terdalam hatiku, sebab bagiku, kau selalu jadi kekasih terbaik.
Semoga kau bahagia.
Aku mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerimaan Siswa Baru SMK Pasundan Rancaekek Tahun Ajaran 2013/2014

Lukisan Nyai Roro Kidul

REVIEW : WARDAH EYEXPERT OPTIMUM HI-BLACK LINER