hujan
bermula dari gerimis kecil kemudian lebat membesar. kaca jendela mengembun menjadi samar. kutulis namamu disana. walau tak jelas, setidaknya ia membekas. dalam remang sedikit cahaya yg masuk ke dalam kamar ini, aku meringkuk sepi mengurung diri. dingin, dengan segala kenyataan yg kuhadapi bahwa kau sudah tak disini lagi. duniaku semakin sunyi.
“tetaplah menjadi bintang dilangit,agar cinta kita akan abadi. biarlah sinar tetap menyinari alam ini, agar menjadi saksi cinta kita.. berdua”
penggalan lagu padi itu terdengar dari hape yg sedari tadi tak berbunyi. rinduku kembali menggelora ketika kulihat namamu tertera dilayar ponsel. tak sempat kuangkat,hape kembali berhenti berbunyi. ah, kamu cuma misscall. berubah pikirankah kamu hingga tak jadi menghubungiku? sejenak suasana kembali sunyi. hape hanya kutatap. berharap ia bergetar kembali dan berbunyi. tapi tiga puluh menit menunggu, kamu tak juga kembali menghubungiku.
egomu lebih besar daripada rindu yg kaurasakan padaku. tak apa. akupun sudah merelakanmu pergi. jika saja tadi sempat kita bicara, kemungkinan terbesar aku semakin tak bisa berhenti untuk bicara.semakin tak bisa untuk tidak cinta. dulu pernah kubuat sedikit catatan untukmu. entah kau ingat atau tidak, aku pernah berkata jika pada akhirnya kita sampai dipersimpangan jalan. dan kita memilih untuk berbeda tujuan. kumohon, berbaliklah sebentar ketika kau sudah merasa lelah walau baru setengah jalan. siapa tahu aku masih berdiri di persimpangan sana. mengulurkan tangan mengajak kembali berjalan beriringan.
didalam kasus kita, ini sudah berulang kali terjadi. aku masih di persimpangan jalan saat ini. dan kau, sudah melangkah terlalu jauh meninggalkanku. terlalu jauh.
seharusnya hidup tak mesti serumit ini. andai kau dan aku memiliki tujuan yg sama, perasaan cinta yg sama besarnya. hidup bisa terlihat sederhana
Komentar
Posting Komentar